Akhir-akhir ini istilah buzzer ramai diperbincangkan masyarakat Indonesia. Sebenarnya, apa ya buzzer itu? Buzzer adalah orang-orang yang menyuarakan suatu topik tertentu yang bertujuan untuk menembus trending topic (topik paling populer yang dibicarakan) di media sosial, dan membentuk suatu opini publik, bahkan bisa dilakukan untuk mensukseskan bahkan menggagalkan suatu campaign.
Di Indonesia, perbincangan seputar buzzer menjadi buah bibir sejak kasus seorang komika atau komedian Bintang Emon menanggapi kasus Novel Baswedan. Aksinya mendapatkan banyak pujian, namun juga dirinya diketahui mendapatkan serangan dari akun-akun anonim yang diyakini sebagai buzzer dengan konten berisikan fitnah bahwa Bintang Emon menggunakan narkoba. Di Indonesia juga, umumnya suatu topik yang ingin diviralkan oleh kaum politis tertentu, menggunakan jasa buzzer sebagai alat komunikasi pemasaran politik yang mampu mendominasi percakapan di media sosial.
Contoh lainnya di luar negeri, tepatnya Amerika beberapa waktu ini, komunitas K-Pop dalam kanal TikTok di Amerika Serikat berperan sebagai ‘buzzer’ untuk memanipulasi acara kampanye Presiden Donald Trump dengan mereservasi 1 juta tiket, membuat tim kampanye Donald Trump mengira bahwa tempat kampanye nya akan penuh, padahal mereka sengaja menyebarkan pesan untuk memesan tiket dan tidak datang ke acaranya sehingga aula tempat kampanye menjadi kosong, dan hal ini dilakukan dalam kurun waktu 24 jam saja agar tidak ketahuan tim kampanye Donald Trump.
Contoh-contoh di atas menunjukan bahwa buzzer dapat berperan untuk menggiring opini bahkan menjalankan suatu campaign karena fungsinya sebagai ‘alat komunikasi pemasaran politik’. Namun sebagai ‘alat komunikasi pemasaran’ pada umumnya, apakah buzzer merupakan strategi bisnis efektif?
Beriklan efektif tentu banyak metrics atau tolak ukurnya. Misalnya reach atau seberapa banyak jangkauan pesan, impresi dan lain sebagainya. Apalagi, memasuki fase pasca pandemi, strategi promosi memasuki new normal juga semakin banyak digencarkan melalui media sosial atau kanal digital. Meskipun buzzer merupakan suatu alat media promosi, ternyata media ini kurang efektif bila dijadikan media promosi karena sifatnya individualis dan kurang kredibel, bila dilakukan dengan akun-akun anonim.
Berbeda halnya dengan influencer marketing atau key opinion leader (KOL). Sebenarnya strategi ini dalam promosi brand atau branding strategy bisa digunakan asalkan menggunakan influencers yang kredibel dan profilnya cocok dengan brand yang akan dipasarkan. Lebih efektif lagi, bisa influencer marketing dikombinasikan dengan iklan luar ruangan sehingga menjangkau segala lini online dan offline. Bagaimana caranya? Salah satunya adalah dengan memilih influencers yang akan ‘menyuarakan produk’ yang akan ditawarkan dan menjalankan campaign tersebut menggunakan iklan di mobil atau iklan di kendaraan, sehingga menjangkau ribuan hingga jutaan pengguna jalan, dan brand recall semakin tinggi dengan adanya sosok influencers yang familiar di mata publik.
Tertarik menggunakan cara ini? Coba saja konsultasikan dengan tim kami!